Rabu, 15 April 2009

Memimpin Negara yang Tak Pernah Tidur

Memimpin Negara yang Tak Pernah Tidur
Friday, 09 January 2009

Bukan pekerjaan mudah menjalankan roda kepemimpinan di negeri ini.Berbagai persoalan harus dihadapi demi mewujudkan negara makmur dan sejahtera.



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang telah menjabat selama empat tahun,mengaku harus bekerja keras siang dan malam.”State is never sleep”, begitu istilah yang digunakan lulusan terbaik Akabri Darat 1973 ini.Apa yang dilakukannya sebagai kepala negara,tidak lain untuk pencapaian kesejahteraan rakyat di seluruh Tanah Air.

”Mata saya ini,banyak orang yang bilang sudah sangat bengkak,karena memang kurang tidur.Tapi tidak apa-apa,paling-paling,jelek kalau pas difoto saja,”ujar Presiden SBY saat menerima SINDO di Kantor Kepresidenan Jakarta beberapa waktu lalu.Kehadiran SINDO di Kantor Kepresidenan Jakarta,sekaligus untuk memberikan penghargaan kepada Presiden SBY,yang berhasil meraih People of The Year (POTY) 2008.

Trofi POTY 2008 diserahkan langsung Pemimpin Umum Harian SINDO Hari Tanoesoedibjo. Saat beramah-tamah dengan SINDO dan para juri, Presiden banyak bercerita tentang kondisi perekonomian global yang berdampak pada negaranegara di seluruh dunia. Krisis finansial global ini, menurut Presiden,juga membawa pengaruh ke Indonesia.

Perekonomian yang baru saja dibangun sejak krisis 10 tahun yang lalu,harus terus dipertahankan laju positifnya dan meminimalkan dampak dari bencana krisis yang diperkirakan akan terjadi hingga beberapa tahun ke depan. Untuk menjaga kestabilan,dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala negara, Presiden SBY mengeluarkan berbagai kebijakan yang sangat ketat pada jajarannya,hingga paling bawah.

Hal ini dilakukan agar terjadi perubahan yang selalu diimpikan,yaitu kesejahteraan untuk seluruh rakyat dan membangkitkan perekonomian pascakrisis moneter 1998. Sejak menjabat sebagai Presiden RI ke-6,Presiden SBY selalu berupaya untuk mewujudkan agenda-agenda reformasi,seperti reformasi di bidang hukum,politik, ekonomi,dan budaya.

Presiden menegaskan, reformasi masih panjang. Karena itu,dibutuhkan kontribusi semua pihak. ”Pekerjaan rumah kita saat ini resesi keuangan,kita harus bekerja gigih untuk selamat agar tumbuh lebih kuat lagi.Masih banyak di sini yang harus kita pelajari,”ujar Presiden. Namun untuk mewujudkan semua itu, sebagai pemimpin,Presiden selalu menegaskan dan mengingatkan bahwa sistem harus ditegakkan.

Menurut Presiden,setiap jajarannya yang melakukan perbaikan dan bekerja sesuai sistem, dia tidak akan tanggungtanggung untuk memberikan penghargaan. ”Namun,saya juga memberikan sanksi atau teguran kalau di bawah kepemimpinan saya,ada yang lalai dan lengah.Kita berikan sanksi atau teguran sampai pemberhentian,” ujar Presiden.

Presiden SBY juga mengingatkan kembali bahwa apa yang telah dicapai pendahulunya merupakan catatan sejarah yang sangat penting untuk masa depan bangsa.Untuk itu,Presiden meminta agar tidak lagi ada pembedaanpembedaan antara presiden yang satu dan yang lain, terhitung sejak zaman Presiden Soekarno.

”Memang ada tokoh-tokoh yang tidak sejalan,tetapi harus tetap ditulis sebagai sejarah. Kita harus menghormati budaya,”ujarnya. Dalam seni memimpin, menurutnya,harus dikembangkan pula budaya soft power.”Mengapa soft power? Kalau politik ada kalah dan menang,kalau ekonomi ada untung dan rugi, jadi keduanya harus dipacu dari budaya, ”jelasnya.

Untuk bidang hukum, Presiden SBY mengatakan bahwa Indonesia memiliki budaya hukum yang baik dan bersih.Rule of law menurutnya menjadi patokan sebagai panduan kehidupan di negara yang taat hukum ini, agar menjadi lebih baik. ”Biarkan hidup berkembang,tapi harus dipenuhi dengan pranata hukum.

Tapi bagaimanapun, penyimpangan harus kita cegah,”tandasnya. Presiden pun sempat mengingatkan tentang kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir, yang saat pertemuan berlangsung,kasusnya masih dalam proses pengadilan.Sejak menjadi kepala negara,Presiden mengaku memberi perhatian pada kasus Munir, terutama agar aktor di balik pembunuhan Munir dapat segera terungkap.

Sesaat setelah menyampaikan dukungannya untuk pengungkapan kasus Munir, Presiden SBY pun melalui SINDO meminta agar dapat menyampaikan salamnya kepada istri almarhum Munir,Suciwati,yang juga mendapatkan penghargaan POTY 2008 untuk kategori hukum.

”Sampaikan ucapan selamat saya kepada Suciwati,”tambahnya. Memasuki 2009 yang merupakan tahun pemilu, Presiden SBY sangat menjaga apa pun hal-hal yang dilakukannya, untuk membedakan kegiatan sebagai kepala negara ataupun kegiatan partai.

Untuk menerima penghargaan POTY 2008 ini pun,Presiden mengaku lebih senang bila trofi tersebut diserahkan di Kantor Kepresidenan, daripada di sebuah tempat acara yang meriah. ”Jangan diacarakan (penghargaan POTY 2008) saat pemilu.Hati saya ini sensitif,meskipun kuping saya ini sudah tebal,”ujar Presiden yang disambut tawa oleh para juri dan tim SINDO.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar