Kamis, 16 April 2009

Buku Sintong Panjaitan Senjata Prabowo Dilucuti Saat Bertemu Habibie

Buku Sintong Panjaitan

Senjata Prabowo Dilucuti Saat Bertemu Habibie

Indra Subagja/Indonesia Media

Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto bergegas. Bersama 12
pengawalnya dia tiba di Istana Presiden, untuk menemui BJ Habibie yang baru
saja menerima tampuk kekuasaan dari Soeharto.

“Pada waktu Prabowo masuk, para petugas agak tegang,” tutur Letjen (Purn)
Sintong Panjaitan dalam bukunya ‘Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando’
yang dia luncurkan di Balai Sudirman, Jl Sahardjo, Jakarta, Rabu (11/3/2009)
malam.

Saat itu 22 Mei 1998, sehari setelah Soeharto mengundurkan diri. Habibie
mengeluarkan keputusan mencopot Prabowo dari jabatannya. Hal itulah yang
membuat Prabowo buru-buru ke Istana.

Menurut prosedur yang berlaku, para tamu presiden harus menunggu dahulu di
lantai dasar, di sini mereka harus diperiksa dan disterilkan. Setelah tamu
mendapat persetujuan bahwa ia akan diterima presiden baru diizinkan naik
lift menuju lantai 4.

Namun Sintong, yang saat itu menjabat sebagai penasihat bidang pertahanan
dan keamanan (Hankam) Presiden Habibie, mendapat laporan dari ajudan bahwa
Prabowo langsung naik lift menuju lantai 4 tanpa ada seorang pun petugas
yang mencegahnya.

“Selain itu sangatlah janggal, kalau dalam situasi semacam ini BJ Habibie
sebagai presiden berhadapan dengan Prabowo yang bersenjata lengkap,” jelas
Sintong.

Memang saat itu Prabowo cukup dikenal banyak perwira pasukan pengamanan
presiden, sehingga banyak yang sungkan terhadap Prabowo.

Melihat kondisi tersebut, Sintong pun memberi perintah agar Prabowo jangan
masuk dahulu ke kantor presiden, sebelum diberi izin. Sintong teringat
berita tetntang tewasnya Presiden Korea Selatan Park Chung-hee (menjabat
tahun 1963-1979) karena ditembak dari jarak dekat oleh Jenderal Kim Jae-gyu
dengan pistol Walther PPK, dalam satu pertemuan di Istana Kepresidenan
Korsel.

Sintong lantas meminta agar seorang pengawal presiden mengambil senjata dari
Prabowo dengan cara yang sopan dan hormat dan agar Prabowo tidak
direndahkan.

“Lihat ke sana kau kenal Prabowo. Kau ambil senjata Prabowo dengan cara yang
sopan dan hormat,” perintah Sintong kepada seorang anggota pasukan pengawal
kepresidenan.

Selain itu, Sintong juga telah menyiagakan anggota berpakaian preman
bersenjata lengkap di lantai 4. “Untuk menurunkan Prabowo dengan paksa ke
lantai dasar, seandainya ia menolak menyerahkan senjatanya,” jelas Sintong.

Petugas berpakaian preman yang ditugaskan mengambil senjata dari Prabowo itu
pun lantas Prabowo dan terlibat pembicaraan singkat.

“Prabowo membuka kopelrim yang tertambat pistol, magasen, peluru, dan
sebilah pisau rimba khas Kostrad,” tutur Sintong.

Melihat kejadian itu, Sintong merasa bersyukur di dalam hati. “Aduh
terimakasih Prabowo, begitulah seharusnya tentara bersikap. Menaati
peraturan,” jelas Sintong.

Akhirnya Prabowo bertemu Habibie empat mata. Hingga setelah beberapa jam
kemudian Sintong mengingatkan Prabowo untuk mengakhiri pertemuan.

Soal pergantian jabatan Prabowo itu Sintong menulis hal itu sepenuhnya
kewenangan Habibie dan dia tidak ikut terlibat dalam prosesnya.

Sintong juga menyebut, Habibie sempat khawatir terjadi sesatu akibat
pergantian itu, namun Sintong meyakinkan bila semuanya akan berjalan normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar